6/04/2009

WWF Usul Earth Hour Digelar Seperti Car Free Day

JAKARTA - World Wildlife Fund (WWF) meminta kepada Pemprov DKI Jakarta untuk menghemat energi dengan menggelar Earth Hour sebulan sekali.

Menurut Direktur Program Iklim dan Energi WWF Indonesia Fitrian Ardiansyah, kegiatan Earth Hour yang dilaksanakan satu jam pada 28 April lalu hanya berhasil memenuhi 16 persen atau hanya mencapai penghematan listrik 50 megawatt dari target yang ditetapkan yaitu 300 megawatt.

Jika dirupiahkan, penghematan yang ditargetkan yaitu sebesar Rp200 juta, hanya mencapai Rp 50 juta saja. Padahal target yang ditetapkan adalah 300 megawatt yang jika dipenuhi bisa mengistirahatkan 1 pembangkit listrik dan mampu menyalakan listrik di 900 desa.

Untuk mengejar target itu maka WWF mengajukan usul kepada pemprov agar Earth Hour dilaksanakan layaknya Car Free Day (CFD) yang digelar rutin dalam sebulan di lima wilayah kotamadya Jakarta. "Konsepnya sedang digodok," katanya.

Konsep tersebut berisi Earth Hour dapat dilakukan pada Sabtu di pekan terkahir yang dilakukan bergilir per kotamadya di DKI Jakarta. Untuk pertama kali, mungkin akan dimulai dengan pemadaman lampu di ikon-ikon kotamadya selama satu jam, kemudian jika berhasil akan dilanjutkan untuk kawasan pemukiman dan perkantoran di lima kawasan kotamadya.

Fitrian menegaskan, jika konsep itu disetujui oleh Pemprov DKI maka tahun ini juga dapat dilaksanakan. "Sekaligus memperkuat program PLN untuk menghemat listrik pada beban puncak pada pukul 17.00 WIB - 22.00 WIB," ujarnya.

Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo ketika dimintai dukungannya mengenai konsep Earth Hour seperti Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) belum dapat memberikan dukungan pasti. Pihaknya masih akan mengkaji lebih dalam konsep itu. "Earth Hour yang lalu berlangsung menurut saya berjalan cukup baik," pungkasnya.

Namun, tegasnya, masih butuh pembahasan lebih mendalam karena konsep yang ditawarkan WWF sulit diterapkan di Jakarta. "Masih belum realistis dengan kehidupan di Jakarta," imbuhnya.

Fauzi menjelaskan, pastinya akan ada penolakan dari masyarakat karena pemadaman yang hanya berlangsung satu jam pada 28 April lalu saja sudah menuai kritik apalagi jika diterapkan secara rutin. (Neneng Zubaidah/Koran SI/ful)

No comments:

Post a Comment